Sabtu, 25 Mei 2019


SKRINING TALASEMIA DETEKSI DINI TERHADAP TALASEMIA



Kalau udah cinta apapun bisa terjadi. Eits tapi jangan di butakan cinta karena Talesemia. Yes  cinta pake logika dan jangan cinta buta hahaha.
Talasemia penyakit yang mungkin orang awam tidak banyak yang tahu apa itu talasemia. Tapi di Indonesia sudah ada sekitar 20 juta penduduk yang membawa penyakit kelaiana gen talasemia. Pada tahun 2016 tercatat sudah 9.121 pasien talasemia mayor di Indonesia. Hal ini meunjukan bahwa masih banyak pasien yang belumterdeteksi dan mendapatkan pengobatan secara optimal.


Talesemia adalah penyakit penyakit kelainan darah merah yang di turunksn dsri kedua orang tua kepada anak dan keturunannya. Pada talesemia kepingan sel darah merah / hemoglobin berbentuk persegi dan sifatnya yang rapuh atau mudah rusak. Sehingga sel darah merah lama kelamaan jadi berkurang . yang berakibatnya pada penderita menjadi pucat lemah lesu dan animea.

Talasemia berbeda dengan leukemia. Walaupun sama-sama menyarang sel darah merah tetapi penyebanya berbeda. Leukemia di bebabkan karena ada virus yang menyerang sel darah merah dan tidak membawa sifat atau keturunan. Talasemia merupan penyakit genetik yang dibebabkan karena sifat pembawa dari sel darah merah.

Di Indonesia sendiri penyakit talasesia terdapat sekitar  20 juta penduduk Indonesia sebagai pembawa sifat atau kelainan genetic.  

Talasemia ada 3 jenis
1. Talasemia Mayor : pada jenis ini biasanya penderita terkena / terdiagnosis talasemia sejak lahir. Untuk bertahan hidup penderita mayor di haruskan untuk minum obat kerasi besi tiap hari dan tranfusi rutin. Pada penderita talasemia mayor aktivitas sangat terbatas, tidak boleh yang banyak meguras energy dan kekuatan tulang ( seperi mengangkat barang berat, olah raga yang berbenturan, tinggat stress  tinggi )
2. Talasemia Intermedia ; dalam jenis ini penderita mengalami gejala ringan seperti lemas, lesu dan untuk tranfusi darah tidak harus rutin atau saat penderita mengalami gejala saja seperti lesu, lemas dan pucat. Untuk aktivitas pada pederita talasemia intermedia agak terbatas, jenis aktivitasnya tidak boleh banyak mengeluarkan banyak tenaga / energy.
3. Talasemia Minor / pembawa sifat : pada penderita talasemia minor seperti orang normal. Tidak ada gejala dan tidak membutuhkan tranfusi darah. Dia hanya sebagai pembawa sifat saja. Untuk aktivitas pun pada penderita talasemia minor bersifat bebas seperti orang normal.

Skema Penurunan Talasemia


Perubahan secara fisik yang terjdi pada penderita talasemia ;
1. Peubahan bentuk tulang muka : pada pnederita talasemia bentuk perubahan yang sangat menonjol adalah pada tualang pipih pada wajah.  pipi yang terlihat berisi / gemuk / seperti pipi cubie.  Pada penderita talasemia tubuh akan selalu kekurangan darah merah maka itu pabrik sel darah merah di sumsum tulang pipihpun akan memproduksi sel darah merah sebanyak-banayknya dan karena pekerjaannya  meningkat maka sumsum tulang ini akan membesar . pada tulang muka pembesaran terlihat jelas dengan adanya penonjolan, jarak antara kedua mata menjadi jauh dan tulang pipi menonjol.
2.  Perubahan perut yang membesar :  perubahan pembesaran perut pada penderita talasemia di sebabkan karena limfa yang mebesar. Fungsi dari limfa membersihkan sel darah yang rusak dan membentuk sel darah pada janin. Pada penderita talasemia sel darah yang rusak sangat banyak / berlebih sehingga kerja limpfa pun sanagt berat, ditamabah lagi tugas limfa yang harus memproduksi sel darah merah lebih banyak dari normal yang berujung limfa mejadi bengkak. Dan tampaklah perut terlihat membesar.

Efek samping Tranfusi darah pada penderita talasemia
Efek samping transfusi darah dari penderita talsemia adalah kelebihanya zat besi dan mudah tertular penyakit  melalui darah yang di transfusikan. Pada penderita yang serinag mendapatkan transfusi darah maka zat besi yang diteriam pun akan banyak dan zat besi itu akan di tumpik oleh jaringan organ tubuh dalam seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dan lain-lain. Penumpukan zat besi tersebut mengganggu fungsi organ tubuh. Bahkan bisa terjadi  kematian karena akibat gagalnya fungsi jantung dan hati.



Cara mencegahan penyakit talasemia
1.    Dengan skrining talasemia melalui pemeriksan darah . Skinning sebaiknya di lakukan sejak dini yaitu pada usia remaja ataupun calon pengantin. Tujuanya adalah untuk mendeteksi apakah calon pengantin tersebut memiliki gen pembawa sifat atau tidak. Pada ibu hamil juga dapat melakukan pemeriksaan skrining .untuk mengetahui apakah calon anaknya akan laterlahir talesemia atau tidak. Biasanya pemeriksaan ini khusus untuk pembawa sifat atau pasangan yang anaknya menderita talasemia mayor.
2.    Konsultasi genetic pra nikah. Sebelum sepasang kekasih melanjukan ke jenjang pernikahan sebaiknya kedua pasangan atau salah satu pasangan pembawa sifat melakuakn tes skrining yang kemudian hasilnya di konsultasikan ke dokter. konsultasi perencanaan kehamilan jika keduanya pembawa sifat, apakah ingin terus di pertahankan karena kemungkinan janin yang akan di hasilkan juga akan menderita penyakit talasemia, menghentikan kehamilan atau membatalkan pernikahan.


Penderita penyakit talasemia dapat hidup normal asalkan dipatuhi semua proses pengobatannya dan aktivitasnya di sesuaikan dengan jenis talasemia yang di derita. Seperti yang terjadi pada Dona Rifana penyandang talasemia mayor. Selama 34 tahun beliau menyang talasemia mayor dan kini tetap hidup dan sekarang sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak, yang kedua anaknya sebagai pembawa sifat. Ada bebrpa artis juga penyandang talasemia dan hingga kini mereka hidup dengan baik dan sehat.

So untuk mencegah dan memutuskan mata rantai talasemia dilakukanlah pemeriksaan skrining sejak dini. Dengan mengetahui lebih dini  maka kita dapat menurunkan kejadian talasemia di masa depan dan melahirkan generasi yang bebas talasemia.  Skrining dapat dilakukan pada penjaringan kesehatan anak sekolah dan Posbindu penyakit tidak menular (PTM) yang kemudian di tindak lanjuti di Puskesmas atau Rumah Sakit.


Salam sehat ,

1 komentar:

  1. Banyak juga penderita talasemia ya Mba...bisa menurun pada keturunan pula ya. Semoga kita terhindar dari kelainan tersebut aamiin. Terima kasih sharingnya Mba :)
    Oya kalau skrining spt itu perlu ada rujukan dari dokter atau bisa mandiri Mba?

    BalasHapus