TUMBUHKAN SEMANGAT ANAK MUDA YANG PROGRESIF UNTUK INDONESIA INKLUSIF
Diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dengan penderita kusta (OYPMK) masih sering terjadi. Inilah yang melatar belangkai NLR melakukan pendampingan terhadap penderita disabilitas dengan kusta. Berdasarkan data sebanyak 21,8 juta atau 8,2 % penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas, diamana pada kenyataannya penyandang disabilitas merupakan penderita kusta juga. Stigma yang berkembang di masyarakat membuat para penyandang disabilitas dengan kusta mengalami kesulitan mendapatkan hak akan fasilitas pelayanan umum dan pelayanan dasar. Bukankah dalam undang-undang tertera bahwa Negara menjamin aksesibilitas publik bagi penyandang disabilitas.
Kelompok umur anak muda kisaran antara 18-24 tahun dengan disabilitas merupakan kelompok terbesar setelah kelompok dewasa akhir dan lansia. Ini lah juga yang mendorong NLR untuk membangun dan mebimbing anak muda disabilitas untuk berkembang dan maju dalam mendapatkan pekerjaan.
Apa saja yang dapat dilakukan anak muda yang progresif untuk Indonesia inklusif , terutama bagi penyandang disabilitas dengan kusta ( OYPMK ) ?
Pada acara live striming di chanel youtube berita KBR pada tanggal 24 agustus 2021 dengan tema Yang Muda Yang Progresif, Untuk Indonesia Inklusif. Acara ini menampilkan narasumber yang inspiratif yaitu ibu Widya Prasetyanti selaku Development and Quality Manager NLR Indonesia dan ibu Agustina Ciptarahayu selaku Founder dan CEO PT. Botanina Hijau Indonesia.
NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintahan (LSM) yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk karena kusta. NLR yang konsent di bidang kesehatan, mengorganisir kelompok perawatan diri bagi orang yang mengalami atau pernah mengalami kusta, bekerja sama dengan staf kesehatan dan supervisor kusta. Melalui pendampingan bagi disabilitas dengan kusta (OYPMK) di harapakan para anak muda disabilitas dapat mudah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka papar ibu Widya Prasetyanti.
Cara NLR dalam membangun Indonesia Inklusif yaitu dengan memberikan perhatian khusus dan fokus terutama pada disabilitas dan OYPMK. Memberikan ruang gerak untuk mereka berkaraya dan pendampingan mengasah skill hingga pendampingan kesehatan bagi OYPMK sehingga mereka dapat diterima di masyarakat.
Ibu Agustina Ciptarahayu selaku pelaku usaha PT Botanina Hijau Indonesia mengatakan sistem usaha sekarang sudah banyak berubah dan persaingan yang begitu ketat, sehingga kami memerlukan skill personal yang sangat spesifik dan lengkap. Sekarang ini waktu kerja pun lebih fleksibel, mereka bisa bekerja part time atau meraka melakuakn pekerjaan atau karya dari rumah, lalu datang ke tempat kerja hanya untuk menyerahkan hasil karya mereka.
“Di Botanina sendiri memegang konsep inklusif yang wajar yang artinya semua orang bisa terjun didalam usaha dan bekerja sehingga seseorang bisa berkarya daan menghasilkan karya. Selama anak muda tersebut dapat berkarya dan menghasilkan karya sekalipun dia seorang disabilitas atau OPYMK maka peluang mendapatkan pekerjaan pun bisa di peroleh” papar ibu Agustina Ciptarahayu.
“Botanina merupaka perusahaan yang berkecimpung pada Healt dan Beauty. Nah untuk menghasilkan
sebuah produk beraroma yang berkwalitas,
Botanina sendiri memperkerjakan seorang disabilitas dimana orang tersebut low vision tapi beliau memliki penciuman yang
sangat tajam. Sehingga bisa menganalisa aroma” papar ibu Agustina Ciptarahayu.
Kisah Gaby Sang Penenun Kusta
Seorang anak muda bernama gaby yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (
NTT ), beliau penderita kusta. Sebagai orang
awam beliau tidak tahu klo penyakit yang di deritanya itu kusta. Kemudaian
beliau bergabung dengan organisasi NLR, dan akhirnya beliau menjadi paham dan mengerti tentang
penyakit kusta yang di deritanya. Pada kasus mba Geby, pendampingan yang dilakukan NLR dengan twin track
( jalan ganda) yaitu dengan 2 cara , pendampingan aspek individu (kesehatan) dan
pendampingan pengaruh diri dengan masyarakat sekitar (skill). Pada kesehatannya
saat ini mba geby sedang melakukan perawatan dan therapy pada kakinya. Walau kakinya
lumpuh ringan tapi tangannya masih bisa berkarya, yah beliau berkarya dengan menenun. "Walau tangan mati ,tapi selama tangan masih hidup, berati kita masih bisa berkarya dengan tangan" papar mba geby dengan semangat yang tinggi. Semangatnya untuk sembuh dan berkarya sangat
mengispirsi banyak orang. Mba geby contoh satu diantara banyak penderita kusta
yang memalui pendampingan NLR dapat
hidup normal, berkarya hingga diterima di masyarakat .
Semoga dengan kisahnya mba gaby membuka stigma masyarakat bahwa
penyandang disabilitas dan OYPMK itu pun bisa berkarya dan produktif, yah mereka pun memiliki
peran dalam membangun Indonesia maju.